Di Ubah Oleh Hadirat-Nya

DIUBAH OLEH HADIRAT-NYA

“... but his servant Joshua the son of Nun, a young man, did not depart from the tabernacle” (Exodus 33:11b)

“... tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu” (Keluaran 33:11b)

Bayangkan seorang pekerja (teknisi, montir) yang bekerja pada sebuah bengkel mobil atau motor. Pagi hari dia berangkat ketempat kerja dengan pakaian rapi, sesudah mandi pagi, tentunya... Sesampai dibengkel, dia mengganti pakaiannya dengan “seragam” yang seringkali, kotor, hitam karena oli, debu, asap, minyak gemuk, dll. Namun dia tidak merasa risih, atau malu. Sebaliknya dia merasa “suasana” ditempat kerja cocok dengan “seragam” tersebut.

Bayangkan kemudian, ketika seorang teman dari teknisi itu, mengajak dia pada sore hari membesuk teman mereka yang dirawat dirumah sakit. Sudah pasti, sang teknisi akan minta waktu untuk membersihkan diri, dan mengenakan pakaian yang rapih dan bersih. Kenapa harus rapih dan bersih??? Karena mereka hendak ke rumah sakit. “Suasana” dirumah sakit mengisyaratkan kebersihan, putih dan tidak bising. Orang sakit perlu istirahat tenang, dan butuh merasa nyaman.

Bayangkan lagi ketika mereka pulang ke tempat kost-an atau mampir makan ke warteg langganan. Tempat yang sangat Familiar, tanpa batasan-batasan, tanpa aturan-aturan formal. Sambil makan pecel lele kesukaan, kaki boleh diangkat bersila dikursi plastik. Pakaian, tentu saja boleh celana pendek dan kaos oblong, bicara boleh sesuka tanpa menahan suara. Kenapa menjadi begitu “leluasa” ??? “Suasana” di rumah kost-an atau warteg memungkin semua itu.

Lalu ketika mereka mendapat kehormatan diundang dinner di five-star hotel dengan pakaian full-dress. Yang terjadi kemudian , perilaku begitu formal. Untuk duduk saja, tidak perlu menarik kursi sendiri, karena dibantu oleh pelayan hotel. Memegang sendok dan garpu atau pisau menjadi teratur dan hati-hati untuk tidak terbalik-balik. Kenapa bisa demikian??? “Suasana” hotel ternyata telah mengubah perilaku mereka.

“Suasana” itu seperti “hadirat”. Ternyata “hadirat” warteg, kost-an, bengkel, rumah sakit, hotel telah mempengaruhi perilaku seseorang, bukan???

Saudara/i, mari bayangkan apa yang terjadi dengan Yosua. Sesuatu yang menarik. Ketika “tuan’-nya sudah keluar dari kemah itu dan kembali ke tempat bangsa Israel tinggal, Yosua tidak mengikuti ‘tuan”-nya. Bukankah dimana “tuan” berada situ juga “abdi”-nya berada, kalau-kalau “tuan”-nya membutuhkan pertolongan atau bantuan. Tapi Yosua suka tinggal berlama-lama dihadirat Tuhan, dia ingin menikmati hadirat itu lebih lama, lebih lama lagi. Luar biasa juga, karena Musa pun tidak “protes”.

Mudah dibayangkan, kenapa Yosua menjadi panglima perang yang berhasil, kenapa kepemimpinan beralih kepadanya, kenapa dia yang dipercaya membawa umatNya memasuki tanah Kanaan, kenapa dia menjadi salah seorang dari 2(dua) pengintai yang dipihak Tuhan. “Hadirat” Allah telah mengubahnya, memperbaharuinya, mendewasakannya.

Tidak ada komentar: