KEEP the UNITY

KEEP the UNITY

Kita diminta untuk memelihara (keep), bukan menciptakan atau menanam. Itu berarti datangnya kesatuan (unity) bukan berasal dari kita, bukan pula hasil usaha kita. Itu dari Allah, dari Roh, yang telah menanam, menaruh, dan menciptakan benih kesatuan itu didalam kita sebagai anggota dari “mereka yang terpanggil”. Hal ini berarti pula, kita tidak perlu berusaha mengadakan kesatuan itu, tetapi merawatnya, membiarkannya bertumbuh dan berkembang. “Dan berusaha memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” (Efesus 4:3). Lalu bagaimana mengusahakannya? Bagaimana memeliharanya?

semua bermula dari “panggilan” terhadap kita. Ini artinya kita dipanggil lalu berdamai dengan Allah. Buah dari perdamaian ini, ada benih ilahi ditaroh dihati kita. Semua “yang terpanggil” memiliki benih ini. Karena benih ini berasal dari Allah, maka semua “yang terpanggil” punya “Modal” yang sama. Keinginan Allah adalah, setelah diperdamaikan dengan kita, kita juga mengalami perdamaian dengan sesama kita.

“Hindari soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal ini menimbulkan pertengkaran, sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang”. (2 Timotius 2:23-24a). “Soal-soal yang dicari-cari” biasanya terjadi pada seorang yang sedang disibukan dengan dirinya sendiri dan bukan sedang sibuk berkarya dalam pekerjaan Tuhan. Kita akan tidak punya cukup waktu untuk “soal-soal yang dicari-cari” karena ada hal-hal yang lebih penting yang sedang kita pikirkan dan kerjakan.

“Dari mana datangnya sengketa dan pertengkaran diantara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang paling berjuang didalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya,…lalu kamu bertengkar dan berkelahi” (Yak 4:1-2a). Ingatlah, dosa pertama sesudah kejatuhan Adam dan Hawa adalah dosa menyalahkan lingkungan atau pihak lain (Hawa kepada Ular), menyalakan teman, saudara, bahkan orang yang dekat dengan kita (Adam kepada Hawa). Kita melemparkan kesalahan kita untuk ditanggung oleh orang lain. Kita mencoba untuk menghindar dari tanggung jawab kita sendiri. Kita tidak bertumbuh, orang lain yang bersalah, kita tidak berkembang, lingkungan yang bersalah.

Hai sahabat, kita sudah ditebus dari cara hidup yang salah, yang lama, yang berdosa. Mari kita hidup dengan cara yang benar, yang baru, dan yang menyenangkan Dia. Ini adalah persoalan sikap hati, komimen dan pilihan-pilihan kita.

“Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib”. (Amsal (17:9). “Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut”. (Amsal 20:19). “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar,tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah”. (Yak 1:19-20)

Tidak ada komentar: