SaLaH MeNyAnGkA

SaLaH MeNyAnGkA

Bagaimana cara kita memandang tentang Allah, akan sangat menentukan seberapa mungkin kita menikmati dan mengalami keintiman persekutuan dengan DIA.

Kali ini ada 2(dua) konsep yang salah dalam memandang Allah.

Pertama, Allah itu benci kepada kita (kejam, selalu bertujuan menghukum). Ulangan 1:27, “Karena Tuhan membenci kita, maka Ia membawa kita keluar dari tanah Mesir untuk menyerahkan kita kedalam tangan orang Amori, supaya dimusnakan...”

Tujuan lain Tuhan mengeluarkan bangsa Israel dari tanah Mesir adalah untuk membawa mereka masuk tanah Kanaan (Tanah perjanjian). Allah ingin bangsa Israel beribadah kepada Allah, dan mengalami segala kebaikan serta kelimpahn susu dan madu (yang melambangkan berkat itu). Dengan disertai tanda-tanda ajaib, tangan Allah memimpin dan menuntun mereka. Namun, mereka tetap tidak percaya atau mempercayakan diri mereka kepada kebaikan dan rencana mulia Allah. Mereka berprasangka buruk tentang Allah dan terhadap Allah. Akibatnya pula, mereka binasa, mereka tidak mengalami kegenapan janji dan rencana Allah, mereka tidak masuk ke Kanaan, mereka tidak menikmati susu dan madu yang disediakan.

Kedua, Allah itu tidak pedulian, tidak mau tahu, tidak adil (unfair), cuek, dan masa bodo. Maleaki 2:17, “Dengan cara bagamanakah kami menyusahkan Dia ?.....” Coba saksikan betapa banyak yang berbuat jahat, tetapi tetap saja baik-baik, tidak mendapat ganjaran atau hukuman. Jadi mana Allah ? Lalu untuk apa memelihara hidup baik ? Demikian prasangka mereka yang salah tentang Allah. Namun, Allah sangat dususahidengan cara pandang itu.

Allah bukan demikian, Allah tidak demikian. Perlu kita merenungkan, menghayati, memikirkan dan mengingat selalu apa yang telah Allah lakukan bagi kita lewat pengorbanan AnakNYA, Yesus Kristus diatas kayu salib. Ini bukti, Allah serahkan putraNYA untuk menderita, mati dan terkutuk demi kita, supaya akhirnya oleh darah Yesus, kita diperdamaikan kembali dengan Allah, kita diadopsi kembali menjadi anak-anakNYA, sehingga Yesus yang memanggil BapaNYA dengan kata Abba (tanda keintiman yang dalam), telah menjadi yang sulung diantara banyak saudara. Kita juga oleh Roh AnakNya dapat berseru, “Ya Abba, ya Bapa.....” seperti Yesus.

Adalah sangat penting bagi kita, konsep yang salah itu disingkirkan jauh.

Tidak ada komentar: