Kehidupan di maksudkan untuk dibagikan.

Kehidupan di maksudkan untuk dibagikan.

Allah Bermaksud agar kita menjalani hidup Bersama-sama. Alkitab menyebut pengalaman bersama-sama ini sebagai persekutuan, Namun, sekarang kata ini telah kehilangan sebagian besar makna alkitabiahnya. Persekutuan yang sesuangguhnya jauh lebih dari sekedar muncul pada kebaktian. Persekutuan yang sesuangguhnya adalah menjalani kehidupan bersama-sama. Persekutuan termaksud mengasihi dengan tidak mementingkan diri sendiri, berbagi pengalaman dengan jujur, melayani secara praktis, memberi dengan berkorban, menghibur dengan penuh simpati dan hal lainnya. Dalam persekutuan sejati, orang mengalami otentisitas. Persekutuan yang otentik tersebut bukan obrolan basa-basi yang dangkal. Persekutuan tersebut merupakan tindakan berbagi berbagi pengalaman secara sungguh-sungguh dari hati ke hati, kadang-kadang sampai tingkat yang paling dalam. Persekutuan yang otentik terjadi ketika orang-orang bersikap jujur mengenai siapa mereka dan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan mereka. Mereka menceritakan luka-luka mereka, menyatakan perasaan-perasaan mereka, mengakui kegagalan-kegagalan mereka, mengungkapkan kebimbangan mereka, mengakui ketakutan mereka, mengakui kelemahan-kelemahan mereka dan meminta doa serta bantuan. Hanya bila kita terbuka tentang kehidupan kita, barulah kita mengalami persekutuan yang sejati. Alkitab mengatakan,

“Tetapi jika kita hidup didalam terang sama seperti Dia ada didalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain…Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada didalam kita” 1 Yoh 1:7.8.

Dunia mengira keakrapan terjadi didalam gelap, tetapi Allah mengatakan keakrapan terjadi didalam terang. Kegelapan digunakan untuk menyembunyikan sakit hati, kesalahan, ketakutan, kegagalan, dan kelemahan kita. Tetapi didalam terang, kita membuka semuanya dan mengakui siapa diri kita sebenarnya. Tentu saja bersifat otentik membutuhkan baik keberanian maupun kerendahan hati. Ini berarti menghadapi ketakutan kita terhadap keterbukaan, penolakan, dan sakit hati lagi. Mengapa orang perlu mengambil resiko semacam itu? Karena itu satu-satunya cara untuk bertumbuh secara rohani dan secara emosional.

Sumber buku : The Purpose Driven Life By Rick Warren

Tidak ada komentar: