I Will…

I Will…

“Then they called Rebekah and said to her, “Will you go with this man?” And she said, “I will go” (Genesis 24:58).

“Lalu mereka memanggil Ribka dan berkata kepadanya: “ Maukah engkau pergi beserta orang ini?” Jawabnya: “Mau.” (Kejadian 24:58)

Rencana pokok Allah bagi dunia ini pasti terjadi, entahkah kita mengakuinya, ikut didalamnya, atau percaya akan-nya. Namun rencana Allah bagi kita pribadi lepas pribadi dapat saja tidak terjadi, jika kita menolak maksud Allah bagi kita, keluar dari rencanaNya, atau mengingkari panggilanNya. Mungkin masih ada harapan – yang baik dari yang jelek – kita tetap di-“tuntun”-Nya, namun dengan banyak pukulan, air mata, duka dan kesedihan. Kita masih dapat mengalami pertolongan, karena “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai rencana Allah” (Roma 8:28), namun bisa terjadi kita tidak menerima yang terbaik lagi, kita tidak masuk dalam kehendak Allah yang sempurna bagi kita.

Lihat saja orang farisi dan ahli-ahli Taurat. Mereka Menolak maksud Allah terhadap diri mereka (Lukas 7:30). Mereka mengetahui Taurat, mereka ahli Taurat, pemegang teguh mahzab mereka, namun tidak mengakui kebenaran Allah – sesudah mereka mendengarnya – dan tidak masuk didalamnya (melakukan, bertindak, taat). Sebaliknya, pemungut cukai (yang mempresentasikan atau mewakili kaum berdosa, yang terpinggirkan, hidup dengan lebel negatif) mendengar perkataanNya, dia mengakui kebenaranNya, dan masuk didalamnya dengan memberi diri mereka untuk melakukannya. Sehingga mereka masuk dalam rencana Allah, maksud Allah (Lukas 7:29).

Allah tidak ingin memaksakan maksudNya, kehendakNya, rencanaNya atas kita. Karena Dia ingin ada hubungan timbal-balik karena kasih. Dia memulai dan kita merespon dengan mengatakan “Ya…”, “I will…”, karena kita percaya rencanaNya baik buat kita, dan maksudNya indah bagi kita.

Ribka telah mengambil keputusan yang terbaik dalam hidupnya. Sesungguhnya dia bebas memutuskan apakah dia mau atau tidak, apakah dia akan ikut atau tidak. Sebab itu pula orang tua dan kerabat terdekatnya merasa perlu (harus) menanyakannya secara pribadi (Kejadian 24:57). Tetapi terhadap maksud Allah, rencana Allah, kehendak Allah, firman Allah, dia berkata, “I will…”. Keputusan itulah yang membuat berkat Allah diteguhkan lewat dia (Kejadian 24:60). Keputusan itu membuat dia begitu cantik dan cemerlang, begitu dikasihi oleh suaminya, begitu diberkati bersama-sama suaminya.

Dan lagi istri ishak Cuma satu lho….

Tidak ada komentar: